Dalam kehidupan yang tak terduga, kehilangan sosok tercinta menjadi pengalaman yang paling menyakitkan. Bagi Aji Darmaji, yang berjuang melewati kesedihan atas kepergian istrinya, cara mendidik dan merawat putranya, Alfatif Darmadina, menjadi fokus utama saat ini.
Aji sadar betul bahwa anak-anak membutuhkan perhatian khusus saat menghadapi kehilangan. Oleh karena itu, ia berusaha memberikan ruang dan kesempatan untuk Alfatif, yang biasa dipanggil Petong, agar bisa beraktivitas dan bermain.
Dengan cara ini, Aji berharap Petong tidak terus menerus memikirkan sosok ibunya yang telah pergi. “Dia punya kesibukan sengaja kita suruh aktivitas, main saja tidak apa-apa. Asal jangan ingat mamanya,” jelas Aji dalam satu wawancara.
Pendekatan Aji ini bukan tanpa alasan, ia takut bahwa pikiran Petong akan terganggu jika terlalu memikirkan kesedihan. “Takut mindset-nya keganggu, jadi sedih kayak gitu,” tambahnya dengan nada khawatir.
Pentingnya Memberikan Dukungan Emosional pada Anak
Dukungan emosional bagi anak adalah hal yang krusial ketika mereka menghadapi kehilangan. Aji berusaha untuk memberikan pengertian yang sederhana mengenai kepergian sang ibu kepada Petong dan adiknya.
Ia berkomunikasi dengan mereka menggunakan bahasa yang mudah dipahami. “Kita nasehatin pelan-pelan,” ujarnya, mengungkapkan bagaimana ia mengajak anak-anaknya menjelaskan proses penyembuhan dari kesedihan ini.
Aji menekankan pentingnya meyakinkan anak-anak bahwa sang ibu tidak benar-benar pergi. “Mama itu tidak pergi. Mama nunggu kita. Tinggal kita nih, kapan tunggu bagiannya,” tambahnya untuk memberi harapan pada anak-anaknya.
Dengan cara tersebut, Aji berusaha menciptakan ikatan yang lebih kuat antara mereka dan mengurangi rasa kehilangan yang mungkin dirasakan. “Nanti kita juga bakal ketemu Mama,” ujarnya lagi, mengingatkan anak-anak akan harapan akan pertemuan di masa depan.
Tantangan dalam Mengatasi Kesedihan Bersama Anak
Setiap individu memiliki cara berbeda dalam menghadapi kesedihan, terutama ketika ada anak yang harus dijaga. Aji menyadari bahwa mengatasi kehilangan adalah proses panjang yang memerlukan kesabaran dan pemahaman.
Setiap hari, ia berusaha membangun suasana yang lebih ceria agar anak-anaknya tidak terus menerus teringat pada kesedihan. “Kita harus membuat mereka merasa bahagia walaupun sulit,” ucapnya dengan tekad.
Pendidikan emosional di rumah pun menjadi salah satu fokus utama. Aji percaya bahwa dengan membimbing anak-anak untuk mengungkapkan perasaan mereka, mereka bisa lebih mudah menerima kenyataan.
Kegiatan yang menyenangkan, seperti bermain dan beraktivitas. Dalam pandangannya, hal ini merupakan cara penting untuk menjaga kesehatan mental anak-anaknya. “Agar mereka tidak merasa sepi dan kehilangan,” ungkapnya.
Metode Kreatif dalam Membantu Anak Mengatasi Kehilangan
Aji juga berupaya menemukan metode kreatif untuk membantu anak-anak dalam menghadapi perasaan mereka. Salah satu yang diterapkan adalah mengenang momen-momen indah bersama sang ibu.
Melalui foto, video, atau cerita, Aji mengajak anak-anaknya mengenang momen bahagia itu. “Kita lihat foto-foto dan cerita yang menyenangkan,” jelasnya, berharap hal ini menjadi terapis emosional bagi Petong dan adiknya.
Dengan berbagi kenangan positif, mereka dapat merasakan kehadiran sang ibu dalam cara yang lebih sehat. Hal ini juga membantu mereka mengembangkan kapasitas empati dan pengertian.
Selain itu, Aji mengarahkan anak-anak untuk mengekspresikan emosi mereka melalui seni. Baik gambar maupun tulisan, Aji berusaha memberi ruang bagi mereka untuk berkreasi dan merelakan perasaan sedih tersebut.
Proses ini dianggap Aji sangat penting agar anak-anak tidak terjebak dalam kesedihan berkepanjangan. “Semua ini bagian dari perjalanan menuju penerimaan,” katanya menegaskan pentingnya proses tersebut.