Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto, memberikan pandangannya mengenai pentingnya tes kejiwaan dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG) bagi anak-anak di sekolah. Menurutnya, langkah ini merupakan kemajuan signifikan, namun tidak boleh hanya berhenti pada tahap awal seperti skrining.
Pasalnya, setelah proses deteksi, langkah selanjutnya yang harus diambil adalah intervensi yang tepat sesuai dengan kondisi masing-masing anak. Edy menekankan bahwa fokus semata pada angka hasil skrining tanpa memperhatikan tindak lanjut dapat mereduksi makna dari program tersebut.
“Jika kita hanya tertuju pada hasil skrining tanpa adanya langkah-langkah berikutnya, maka tujuan program ini akan sia-sia. Pemeriksaan kesehatan mental perlu didukung dengan tindakan sesuai dengan tingkat keparahan yang dialami,” jelas Edy dalam keterangan resminya yang diterima pada awal Agustus 2025.
Edy juga menyoroti masalah besar berupa keterbatasan tenaga kesehatan yang berkompeten di bidang kesehatan mental, terutama di layanan primer seperti puskesmas. Oleh karena itu, diperlukan kejernihan sikap dari Kementerian Kesehatan untuk mengatasi masalah ini.
Meningkatkan Kesadaran akan Kesehatan Mental Anak di Sekolah
Pendidikan kesehatan mental di sekolah sangat penting untuk membangun generasi yang lebih kuat. Melalui program Cek Kesehatan Gratis, anak-anak dapat memiliki akses awal untuk mengetahui keadaan mental mereka.
Namun, skrining bukanlah tujuan akhir. Edukasi bagi orang tua dan guru juga harus dilakukan agar mereka dapat mengenali tanda-tanda masalah kesehatan mental pada anak.
Pentingnya kesadaran akan kesehatan mental perlu dipahami oleh semua pihak. Penanganan dini dapat mencegah masalah yang lebih serius di masa depan dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi perkembangan anak.
Peran Kementerian Kesehatan dalam Meningkatkan Ketersediaan Sumber Daya
Kementerian Kesehatan memiliki tanggung jawab besar dalam hal ini. Pelatihan bagi tenaga medis di puskesmas harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh.
Selain itu, pembiayaan yang memadai untuk kesehatan mental juga harus menjadi prioritas utama. Memungkinkan berbagai program pelatihan dan seminar untuk meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan mental merupakan langkah concret.
Tanpa dukungan yang tepat, upaya untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental tidak akan berjalan efektif. Kerjasama antara pemerintah dan lembaga terkait sangat diperlukan dalam menciptakan ekosistem kesehatan mental yang baik.
Akan Kah Pendidikan Kesehatan Mental Masuk ke Kurikulum?
Salah satu pertanyaan besar yang muncul adalah sejauh mana pendidikan kesehatan mental akan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan. Ini bisa menjadi langkah penting untuk mencapai kesadaran yang lebih luas di kalangan generasi muda.
Jika pendidikan kesehatan mental disisipkan dalam kurikulum, maka anak-anak dapat belajar sejak dini tentang cara menjaga kesehatan mental mereka. Hal ini tentu saja memerlukan dukungan dari semua pihak, termasuk orang tua, guru, dan pemerintah.
Pengembangan kurikulum yang inklusif dapat mencakup pelajaran yang mengajarkan tentang pengelolaan emosi dan cara berkomunikasi. Dengan langkah-langkah yang konstruktif, kita dapat mencapai generasi yang lebih peka terhadap kesehatan mental.