Di tengah isu kualitas bahan bakar di Indonesia, PT Pertamina Patra Niaga melakukan langkah proaktif untuk memastikan bahwa produk yang mereka jual memenuhi standar keselamatan dan kualitas. Melalui pemeriksaan menyeluruh di hampir 300 SPBU yang tersebar di daerah Pantura Jawa Timur, mereka berupaya memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa produk bahan bakar mereka aman untuk digunakan.
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap laporan dari beberapa pengguna kendaraan yang mengalami masalah setelah mengisi bahan bakar, khususnya jenis Pertalite. Dalam upaya menjaga kepercayaan publik, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menegaskan pentingnya pengawasan yang ketat terhadap kualitas BBM yang dijual kepada masyarakat.
“Kami telah melakukan pemantauan di berbagai SPBU yang ada di wilayah tersebut,” ujar Mars Ega. Dengan melibatkan Lembaga Minyak dan Gas Bumi dalam BUMN, mereka berupaya memastikan bahwa pemeriksaan dilakukan secara profesional dan sedetail mungkin.
Langkah-Langkah Pengujian Kualitas Bahan Bakar di SPBU
Pemeriksaan yang dilakukan di SPBU melibatkan berbagai metode pengujian, termasuk uji pasta air dan pengukuran densitas. Metode ini menjadi bagian penting dalam proses pemeriksaan untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminasi dalam bahan bakar.
Mars Ega menjelaskan bahwa pemeriksaan mencakup beberapa elemen penting seperti kejernihan warna bahan bakar. Setiap langkah yang diambil dilakukan dengan tujuan utama untuk menjaga agar tidak ada kekhawatiran di kalangan masyarakat terkait dengan kualitas BBM yang tersedia.
Pentingnya Standar dan Regulasi dalam Kualitas BBM
Berdasarkan penjelasan dari Koordinator Pengujian Aplikasi Produk Lemigas, pengujian bahan bakar dilakukan dengan mematuhi regulasi resmi yang telah ditetapkan. Ada 19 parameter yang diuji, termasuk RON (Research Octane Number), kandungan sulfur, dan berbagai faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas bahan bakar.
Pengujian bertujuan untuk memastikan bahwa setiap jenis bahan bakar yang dipasarkan tidak hanya memenuhi spesifikasi, tetapi juga aman untuk digunakan oleh konsumen. Parameter yang diuji juga mencakup zat-zat yang dapat berpotensi membahayakan mesin kendaraan.
“Standar dan mutu dalam pengujian ini mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan di negaranya,” kata Cahyo. Kewenangan Lemigas dalam melakukan ujian ini sangat penting untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam proses penyediaan bahan bakar di pasaran.
Proses Pengambilan Sampel untuk Uji Kualitas
Pemeriksaan tidak hanya berhenti pada hasil laboratorium awal. Pengujian lebih lanjut dilakukan dengan mengambil sampel dari berbagai tahap distribusi bahan bakar. Proses ini melibatkan pengambilan sampel dari terminal hingga pengiriman ke SPBU.
Sebanyak 16 sampel diambil untuk memastikan bahwa standar kualitas tetap terjaga sepanjang rantai distribusi. “Kami melakukan serangkaian pemeriksaan dengan berbagai metode untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan,” ujar Cahyo.
Dengan cara ini, Pertamina dan Lemigas berkomitmen untuk memastikan bahwa tidak ada cacat kualitas yang dapat merugikan masyarakat. Masyarakat diharapkan memahami bahwa pengujian ini sangat penting dalam menjaga keamanan penggunaan bahan bakar.
Tindak Lanjut Pengujian dan Keberlanjutan Proses
Meskipun hasil awal menunjukkan bahwa bahan bakar dalam kondisi baik, pengujian lebih lanjut tetap dilakukan untuk memastikan tidak ada masalah terkait kualitas. Lemigas, sebagai laboratorium independen, melanjutkan analisis sampel yang diambil dari kendaraan masyarakat.
“Kami sedang dalam proses uji lebih mendalam untuk memastikan bahwa semuanya sesuai dengan standardisasi yang telah ditetapkan,” jelas Cahyo. Hasil ini diharapkan dapat memberikan hasil yang akurat dan menenangkan bagi masyarakat.
Namun, pemutakhiran hasil pengujian berada di tangan Pertamina yang berhak untuk mengumumkan hasil akhir. Hal ini diharapkan dapat menjamin transparansi dan akuntabilitas informasi kepada publik.
















