“Setiap helaian kain menyimpan cerita, dan setiap karya adalah bentuk kontribusi. Dengan berpegang pada empat pilar: cinta, edukasi, lingkungan, dan seni dudaya, kami ingin menebarkan harapan dan kebahagiaan melalui setiap detail yang kami ciptakan,” ujar Helen.
Bukan hanya menghadirkan koleksi busana, Helen juga menampilkan aksesori buatan warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang. Aksesori yang dibuat para warga binaan ini merupakan hasil pembinaan NES melalui program yang gelar Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan RI (Imipas).
“Ada sekitar 60-an warga binaan berusia sekitar 20 hingga 30 tahun yang dilibatkan dalam pembuatannya,” ujar Helen.
Aksesori itu hadir dalam berbagai wujud, mulai dari anting, kalung, bros, hingga hiasan kepala. “Kita diundang Imipas untuk memberi pembinaan di lapas. Kita ajarkan para warga binaan tiga teknik, yakni jahitan Sashiko, ikat celup, dan pembuatan aksesori seperti bros yang dipamerkan hari ini,” katanya.
Sejumlah karya warga binaan sudah dijual dengan harga sekitar Rp300 ribu hingga Rp500 ribuan. NES membantu menjual dan hasilnya menjadi pendapatan bagi warga binaan tersebut.
Setiap karya yang dihasilkan oleh para warga binaan ini tidak hanya menjadi alat ekspresi, tetapi juga memberi dampak positif bagi kehidupan mereka. Dengan keterampilan yang didapatkan, mereka memiliki peluang untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Selain itu, kegiatan ini memberikan mereka rasa percaya diri yang sangat berharga.
Program pembinaan yang dilakukan ini terbukti efektif dalam memberikan keterampilan praktis. Peserta mendapatkan pelatihan secara langsung yang memungkinkan mereka untuk belajar dan berlatih secara intensif. Seiring berjalannya waktu, mereka dapat menciptakan karya yang tidak hanya memuaskan secara estetika tetapi juga memiliki nilai jual yang tinggi.
Pentingnya Keterampilan untuk Warga Binaan Perempuan
Keterampilan yang diajarkan dalam program ini mencakup berbagai teknik yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses belajar, mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga pengalaman berharga yang bisa digunakan di luar penjara. Ini adalah langkah awal untuk mempersiapkan diri kembali ke masyarakat.
Adopsi teknik Sashiko, yang berasal dari Jepang, memberikan dimensi baru bagi karya mereka. Teknik ini memungkinkan mereka untuk mengekspresikan kreativitas serta memperkaya pengetahuan tentang budaya lain. Selain itu, ikat celup yang merupakan teknik tradisional juga menjadi bagian penting dalam proses penciptaan.
Hasil karya yang dihasilkan bukan hanya sekadar barang, tetapi merupakan simbol harapan dan kebangkitan. Setiap produk memiliki cerita di baliknya, mencerminkan perjalanan pribadi masing-masing pencipta. Dengan menjual karya mereka, warga binaan merasa dihargai dan diakui, memberikan mereka motivasi untuk terus belajar dan berkarya.
Pembinaan yang diberikan juga menciptakan komunitas di antara warga binaan. Mereka belajar bekerja sama dan saling mendukung satu sama lain dalam setiap proses pembuatan. Ini memupuk rasa persaudaraan dan kebersamaan yang kerap kali hilang dalam situasi penjara.
Dampak Sosial dari Program Pembinaan
Program ini tidak hanya memberikan keterampilan, tetapi juga berdampak luas pada masyarakat sekitar. Orang-orang di luar penjara mulai menyadari potensi yang dimiliki oleh warga binaan, yang seringkali terabaikan. Hal ini mengubah stigma negatif menjadi pandangan yang lebih positif dan mendukung pengenalan mereka kembali ke masyarakat.
Dengan menjalin kerja sama bersama berbagai pihak, seperti lembaga sosial dan pemangku kepentingan lainnya, proyek ini mendapatkan pengakuan dan dukungan lebih luas. Ini adalah sebuah langkah strategis untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya reintegrasi sosial bagi mantan narapidana, terutama perempuan.
Seiring dengan meningkatnya penjualan aksesori, keuntungan yang didapatkan juga berkontribusi pada perekonomian lokal. Warga binaan dapat mengumpulkan penghasilan yang layak, yang menjadi sumber pendapatan untuk diri mereka sendiri setelah kembali ke masyarakat. Ini merupakan langkah menuju kemandirian dan rasa percaya diri yang lebih besar.
Kegiatan ini pun menjadi contoh kongkret tentang bagaimana seni dan kreativitas bisa menjadi alat transformasi. Ini menunjukkan bahwa setiap individu, tidak peduli latar belakang atau kesalahan yang telah dilakukan, memiliki kesempatan kedua untuk memperbaiki hidupnya melalui keterampilan dan kerja keras.
Membangun Kesadaran melalui Karya Seni
Setiap produk yang dihasilkan juga menjadi alat edukasi bagi masyarakat luas tentang isu-isu yang dihadapi oleh warga binaan. Karya seni tersebut dapat memicu diskusi dan meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya rehabilitasi dan integrasi sosial. Karya yang dijual juga menjadi proyeksi potensi manusia yang harus dihargai.
Dari perspektif seni, setiap aksesori menciptakan dialog antara pencipta dan penikmat. Hal ini memungkinkan terjadinya pertukaran budaya dan pemahaman yang lebih dalam antara berbagai lapisan masyarakat. Melalui seni, para warga binaan dapat menyampaikan pesan dan cerita mereka kepada publik.
Keberhasilan program ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan serta komitmen dari masyarakat dalam membantu mereka yang berada dalam situasi sulit. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk berperan aktif dalam menyediakan ruang bagi rehabilitasi dan dukungan bagi mereka yang ingin berubah.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk terus mendukung inisiatif serupa yang mampu memberikan harapan dan kesempatan baru. Dengan demikian, kita tidak hanya menolong individu, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berdaya saing.