Pada peringatan Hari Keselamatan Pasien Sedunia tahun 2025, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar menegaskan bahwa keselamatan pasien merupakan hal yang tidak bisa dianggap sepele. Bukan hanya tanggung jawab satu pihak, tetapi merupakan kewajiban bersama yang perlu diperhatikan oleh semua elemen dalam layanan kesehatan.
Taruna menyampaikan bahwa komitmen terhadap keselamatan pasien seharusnya dimulai sejak awal, yakni pada saat setiap inovasi kesehatan dikembangkan. Pernyataan tersebut disampaikan di Jakarta pada tanggal 25 September 2025, menandakan pentingnya sinergi dalam proses pelayanan kesehatan.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, setiap tahap dalam pengembangan obat harus mempertimbangkan keselamatan dan efikasi sebagai dua pilar utama yang saling berkaitan. Kebijakan yang menyelaraskan dua isu tersebut sangat penting untuk memastikan bahwa inovasi yang dihasilkan dapat membawa dampak positif bagi pasien.
Mengapa Keselamatan Pasien Tidak Bisa Diremehkan?
Keselamatan pasien adalah hak yang harus dihormati dan dilindungi oleh seluruh penyedia layanan kesehatan. Dengan adanya sistem yang kuat, diharapkan setiap perawatan yang diterima pasien aman dan efektif. Pelanggaran terhadap prinsip ini dapat menimbulkan konsekuensi serius yang tidak hanya merugikan pasien, melainkan juga sistem kesehatan secara keseluruhan.
Kesalahan dalam pengobatan atau terapi tidak hanya berdampak pada pasien secara individu, tetapi juga mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan. Oleh karena itu, pendekatan proaktif dalam keselamatan pasien sangat penting untuk menjaga kredibilitas layanan kesehatan.
Dalam konteks ini, setiap inovasi dalam obat dan terapi harus dipastikan tidak hanya memenuhi standar kualitas, tetapi juga harus diuji secara rigor untuk menjamin efikasi dan keamanan. Ini menjadi tanggung jawab bersama, di mana BPOM berperan penting sebagai regulator yang menegakkan standar tersebut.
Strategi BPOM dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
BPOM bertugas untuk mengawasi mutu, keamanan, dan khasiat obat secara menyeluruh. Langkah-langkah yang diambil mencakup pencegahan, audit rutin, serta tindak lanjut terhadap pelanggaran yang terjadi. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien secara konsisten.
Pencegahan melibatkan standardisasi dan perizinan yang ketat sebelum obat beredar di pasar. Proses ini penting untuk memastikan bahwa hanya produk yang memenuhi standar tertentu yang dapat diakses oleh masyarakat. Selain itu, pembinaan kepada industri farmasi juga merupakan aspek krusial dalam pengawasan ini.
Selain itu, BPOM juga tengah menyempurnakan regulasi mengenai farmakovigilans. Dengan peraturan yang lebih baik, diharapkan sistem pelaporan dan pengawasan efek samping obat dapat meningkatkan keselamatan pasien dan memberikan data yang berharga untuk perbaikan di masa depan.
Konvergensi Regulasi untuk Mencapai Standar Internasional
Penyempurnaan Peraturan BPOM Nomor 15 Tahun 2022 tentang Penerapan Farmakovigilans menjadi langkah strategis dalam menyelaraskan regulasi nasional dengan standar internasional. Proses ini membutuhkan kerjasama dan dukungan dari semua pihak, termasuk industri dan akademisi. Dengan regulasi yang lebih baik, diharapkan Indonesia dapat menunjukkan keseriusannya dalam aspek keselamatan pasien.
Standar internasional seperti International Council for Harmonisation (ICH) dan European Medicines Agency (EMA) menjadi acuan penting dalam proses harmonisasi regulasi. Melalui konvergensi ini, diharapkan kepercayaan global terhadap produk farmasi Indonesia dapat meningkat.
Achieving status WHO Listed Authority (WLA) menjadi salah satu tujuan akhir yang ingin diraih. WLA dianggap sebagai indikator kemajuan sistem regulasi yang telah mencapai tingkat yang sangat baik. Hal ini tentunya akan memperkuat sistem kesehatan nasional dan memastikan akses pasien terhadap obat-obatan yang aman dan efektif.
Menuju Keselamatan Pasien yang Lebih Baik di Indonesia
Keselamatan pasien tidak hanya bergantung pada satu instansi, tetapi memerlukan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan. Dengan pendekatan yang terintegrasi, diharapkan setiap elemen dalam rantai pelayanan kesehatan dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien. Ketersediaan data yang akurat juga menjadi penting dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan kesehatan.
Melalui edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat, diharapkan pasien akan lebih sadar akan hak dan kewajiban mereka. Hal ini akan menciptakan sinergi yang lebih baik antara penyedia layanan kesehatan dan penerima layanan. Keterlibatan pasien juga dapat meningkatkan kualitas layanan yang diberikan.
Ke depannya, diharapkan upaya konkret untuk meningkatkan keselamatan pasien terus dilakukan. Komitmen dari semua pihak untuk mendukung regulasi, inovasi, dan praktik terbaik dalam pelayanan kesehatan akan sangat menentukan masa depan keselamatan pasien di Indonesia.