Pada tanggal 7 September, gerhana bulan total menyajikan pemandangan langit yang menakjubkan di kawasan Sulawesi Tenggara. Fenomena langit ini menjadi sorotan utama, karena dapat disaksikan oleh masyarakat di seluruh provinsi tersebut.
Kepala Stasiun Geofisika di Kendari, Rudin, menjelaskan bahwa gerhana ini terjadi akibat posisi matahari, bumi, dan bulan yang sejajar. Hal ini membuat bulan memasuki bayangan inti yang dikenal sebagai umbra, memberikan warna merah pada bulan saat puncaknya jika cuaca mendukung.
Rudin juga menegaskan bahwa peristiwa ini adalah hasil dari pergerakan dinamis ketiga benda langit tersebut. Gerhana bulan hanya terjadi pada fase purnama dan dapat diprediksi dengan akurasi tinggi oleh para astronom.
Pemantauan Gerhana di Sulawesi Tenggara
Seluruh 17 kabupaten dan kota di Sulawesi Tenggara berkesempatan untuk menyaksikan gerhana bulan total ini. Fenomena langit seperti ini berlangsung dari pukul 23.26 Wita hingga 04.56 Wita keesokan harinya, menyajikan waktu yang cukup lama untuk pengamatan.
Saat puncak gerhana, bulan akan terlihat memancarkan warna merah, menyuguhkan keindahan yang tak terlupakan bagi para pengamat. Fenomena ini dikenal dengan sebutan “bulan darah”, yang menjadi daya tarik bagi penggemar astronomi dan masyarakat umum.
Stasiun Geofisika di Kendari juga berencana untuk melakukan observasi pada gerhana bulan total berikutnya yang terjadi pada tahun 2025. Acara tersebut akan berlangsung di halaman kantor mereka, menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk belajar lebih dalam mengenai fenomena astronomi.
Kronologi Fase-fase Gerhana Bulan
Kronologi dari gerhana bulan total ini sangat menarik untuk dicermati. Fase pertama yang terjadi adalah gerhana penumbra, dimulai pada pukul 23.56 Wita, di mana sebagian bayangan mulai menutupi bulan.
Setelah itu, pada pukul 00.26 Wita, fase gerhana sebagian dimulai. Di tahap ini, kita bisa melihat sebagian bulan mulai tertutup, menandakan awal dari gerhana total yang dinantikan.
Puncak dari gerhana total ini terjadi pada pukul 02.11 Wita, ketika bulan sepenuhnya tertutup oleh bayangan bumi. Ini adalah saat terbaik untuk mengamati perubahan warna bulan yang menjadi merah.
Dampak Cuaca Terhadap Pengamatan Gerhana Bulan
Cahaya bulan yang merah akan terlihat lebih jelas jika kondisi langit cerah. Namun, jika cuaca buruk dan berawan, peluang untuk melihat fenomena ini menjadi berkurang drastis.
Di berbagai daerah lain di Indonesia, cuaca juga mempengaruhi pengamatan ini. Masyarakat di area dengan langit yang cerah akan jauh lebih beruntung dibandingkan dengan mereka yang terhalang oleh awan.
Pentingnya informasi cuaca dan pengamatan sebelumnya menjadi kunci bagi masyarakat yang ingin menyaksikan gerhana bulan dengan baik. Oleh karena itu, banyak lembaga meteorologi bekerja keras untuk memberikan perkiraan cuaca yang akurat menjelang fenomena langit ini.