Kondisi ekonomi Indonesia saat ini tengah menjadi perhatian banyak pihak, dengan berbagai indikasi yang menunjukkan ketidakstabilan. Meskipun data resmi menunjukkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen pada kuartal II tahun 2025, banyak kalangan menganggap ini bukanlah prestasi yang patut dibanggakan.
Aliansi Ekonom Indonesia, yang terdiri dari 383 ekonom dan akademisi, menyampaikan pendapat mereka bahawa banyak aspek kehidupan masyarakat, terutama di lapisan masyarakat bawah, menunjukkan penurunan yang signifikan. Mereka percaya bahwa pertumbuhan ekonomi yang mengesankan tidak tercermin dalam kualitas hidup masyarakat.
Menyusul laporan tersebut, menjadi jelas bahwa terdapat sejumlah masalah yang perlu dicermati untuk memahami kondisi yang sebenarnya. Beberapa indikator menunjukkan bahwa upah riil stagnan sementara kebutuhan masyarakat terus meningkat.
Selain itu, pengeluaran per kapita juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Artinya, meskipun ada pertumbuhan, tidak semua lapisan masyarakat merasakan manfaatnya.
Indikator Kesejahteraan Ekonomi yang Mengkhawatirkan di Indonesia
Di tengah pertumbuhan ekonomi yang tampak positif, ada sejumlah indikator yang mengkhawatirkan. Pertama, upah riil di Indonesia hanya meningkat 1,2 persen antara tahun 2022 hingga 2024, meskipun harapannya seharusnya lebih tinggi. Pada periode sebelumnya, antara 2010 hingga 2020, upah riil tumbuh lebih baik.
Bila melihat angka pengeluaran per kapita, terdapat penurunan pertumbuhan rata-rata yang cukup mencolok dibandingkan dengan periode sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Salah satu masalah utama adalah penciptaan lapangan kerja yang tidak memenuhi harapan. Sekitar 80 persen pekerjaan baru yang tercipta dalam beberapa tahun terakhir berasal dari sektor informal, yang sering kali menawarkan upah di bawah standar. Hal ini menciptakan ketidakstabilan dalam pendapatan masyarakat.
Di samping itu, tingkat pengangguran di kalangan usia muda sangat mengkhawatirkan. Generasi muda mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan layak, yang berpotensi menciptakan masalah sosial di masa depan.
Aspirasi Masyarakat Tidak Tersampaikan dengan Baik
Kesulitan dalam menyampaikan aspirasi masyarakat juga menjadi salah satu fokus Aliansi Ekonom Indonesia. Mereka menilai bahwa kanal komunikasi antara pemerintah dan masyarakat cenderung tertutup, yang memicu terjadinya kesalahpahaman. Persekusi terhadap warga yang ingin menyuarakan pendapat semakin sering terjadi.
Hal ini menunjukkan adanya ketegangan yang terkumpul akibat ketidakadilan sosial yang terus berlangsung. Masyarakat merasa pemerintah tidak menjawab kebutuhan mereka secara optimal, sementara anggaran untuk sektor pemanduan sosial masih sangat terbatas.
Meskipun pemerintah meningkatkan anggaran untuk lembaga keamanan, anggaran untuk perlindungan sosial tidak seimbang. Ini menimbulkan kesan bahwa perhatian pemerintah lebih besar pada aspek keamanan daripada kesejahteraan masyarakat.
Aliansi percaya bahwa masalah ini tidaklah baru. Ia merupakan hasil dari akumulasi kebijakan dan tindakan selama bertahun-tahun yang tidak berorientasi pada keadilan sosial yang seimbang.
Pertumbuhan Ekonomi yang Tidak Inklusif dan Dampaknya
Dalam pandangan para analis, pertumbuhan ekonomi saat ini cenderung tidak inklusif, di mana manfaatnya lebih banyak dirasakan oleh kalangan menengah ke atas. Meskipun angka pertumbuhan 5,12 persen terlihat baik, pertumbuhan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan yang signifikan pada sektor yang menyerap tenaga kerja.
Sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi lebih banyak berasal dari perdagangan dan pariwisata, yang merupakan sektor yang belum sepenuhnya memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Sebaliknya, sektor industri pengolahan, yang seharusnya menjadi pendorong utama penciptaan lapangan pekerjaan, justru memiliki pertumbuhan yang lemah.
Dengan adanya kesenjangan yang mencolok antara kelas sosial, potensi terjadinya ketidakpuasan masyarakat semakin meningkat. Keengganan pemerintah untuk melakukan perbaikan yang mendasar juga semakin memperburuk situasi tersebut.
Jika situasi ini dibiarkan, tidak bisa diabaikan bahwa sejarah dapat terulang. Ketidakpuasan masyarakat dapat berujung pada gejolak sosial yang berisiko membahayakan stabilitas politik dan ekonomi negara.