Ariana Grande mengungkapkan bahwa proses penciptaan album Thank U, Next dilakukan pada saat yang penuh tantangan emosional. Pengalaman yang ia lalui sangat berpengaruh pada kesehatan mentalnya, terutama setelah tragedi bom Manchester yang merenggut banyak nyawa, termasuk para penggemarnya.
Dalam keterangan yang diungkapkan, Ariana menjelaskan bagaimana tragedi tersebut memicu munculnya gangguan stres pasca trauma atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Kondisi ini, yang sering kali dialami oleh mereka yang menghadapi peristiwa traumatis, membuatnya merasa terjebak dalam perasaan takut dan cemas yang berlebihan sepanjang hari.
Lebih jauh lagi, dia juga berjuang melawan dua kondisi kesehatan mental lainnya, yakni depresi dan kecemasan. Masing-masing dari kondisi ini memberikan dampak yang signifikan, membuatnya sulit untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan menikmati aktivitas yang sebelumnya ia gemari.
Dampak Emosional dari Pengalaman Trauma di Kehidupan Sehari-hari
Setiap individu mengalami respons yang berbeda terhadap trauma. Ariana menjelaskan bahwa PTSD dapat memicu berbagai reaksi, seperti kilas balik atau rasa paranoid yang muncul secara tiba-tiba.
Ketidakmampuan untuk mengendalikan kecemasan ini membuat strategi coping menjadi sangat penting. Musik, bagi Ariana, menjadi pengantar untuk menavigasi melalui lautan emosinya, membantu mengatasi rasa sakit yang tidak kunjung usai.
Bersamaan dengan keadaan mentalnya, kehilangan sosok dekat seperti Mac Miller menambah lapisan kompleksitas dalam pemulihan. Proses grief yang dialaminya semakin memperdalam rasa sakit, dan tentu saja mempengaruhi setiap aspek kehidupan pribadi dan profesional.
Peran Seni dalam Proses Penyembuhan dan Ekspresi Diri
Musik bukan hanya sekadar karier bagi Ariana, tetapi juga menjadi alat untuk menyembuhkan luka batin. Menggunakan lagu-lagunya sebagai sarana ekspresi, ia berusaha menyampaikan emosi yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.
Melalui setiap lirik yang ditulisnya, Ariana menusukkan harapan dan realita pahit yang dia jalani. Pendengar pun bisa merasakan kedalaman emosi yang tertuang dalam setiap nada, seolah-olah mengundang mereka untuk berempati atas perjuangannya.
Dengan menciptakan karya yang berbicara tentang rasa sakit, kebangkitan, dan harapan, Ariana memberi pendukungnya sebuah ruang untuk merasakan bahwa mereka tidak sendirian. Melalui koneksi emosional ini, ia menciptakan komunitas yang saling mendukung satu sama lain.
Kesehatan Mental sebagai Fokus Utama dalam Kehidupan Seniman
Di tengah keterkenalan dan sorotan publik, Ariana berusaha menempatkan kesehatan mental sebagai prioritas utama. Ia menyadari bahwa dibalik kesuksesan, ada tantangan yang sering kali tidak terlihat oleh mata publik.
Kesadaran akan pentingnya berbicara tentang kesehatan mental ini menjadi semakin mendesak, terutama bagi para seniman. Dengan berbagi cerita pribadinya, Ariana membuka ruang bagi banyak orang untuk berbicara tentang pengalaman yang sama dan pentingnya menjaga kesehatan mental.
Sikap terbuka dan kejujurannya mengenai perjuangan yang dihadapinya memberi inspirasi bagi banyak individu. Ini menciptakan kesadaran bahwa setiap orang berhak mendapatkan bantuan dan tidak ada yang harus merasa sendirian dalam perjuangan mereka.















