Keberadaan Bibit Siklon Tropis 93S yang terpantau di kawasan Samudra Hindia, tepatnya di selatan Jawa Barat, menimbulkan kekhawatiran akan dampak cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi perubahan sistem ini menjadi siklon tropis dalam waktu dekat cukup tinggi, sehingga masyarakat diminta untuk tetap waspada.
Informasi terbaru yang diperoleh dari BMKG menunjukkan bahwa hingga pembaruan data Minggu (27/12) pukul 07.00 WIB, Bibit Siklon Tropis 93S memiliki kecepatan angin maksimum mencapai 30 knot atau sekitar 56 km/jam. Berada pada tekanan udara minimum 1000 hPa, sistem ini diperkirakan bergerak ke arah Barat Daya, menambah risiko cuaca buruk di sejumlah daerah.
Potensi Perubahan Menjadi Siklon Tropis dalam Waktu Dekat
BMKG melaporkan bahwa Bibit Siklon Tropis 93S memiliki peluang besar untuk bertransformasi menjadi siklon tropis dalam waktu 24 jam ke depan. Potensi ini diiringi dengan meningkatnya kecepatan angin di sekitar sistem tersebut, yang bisa mencapai lebih dari 25 knot di perairan selatan Jawa.
Dampak dari bibit siklon ini tidak hanya terfokus pada wilayah sekitar tetapi juga dapat meluas ke sejumlah kawasan lain di Indonesia. Oleh karena itu, peringatan cuaca akan sangat vital untuk menjaga keselamatan masyarakat.
Dalam pengamatan BMKG, hujan dengan intensitas tinggi dan gelombang tinggi di berbagai perairan diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari keberadaan siklon ini. Peringatan dini perlu disebarluaskan agar masyarakat tahu cara menghadapi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
Dampak Hujan dan Angin Kencang di Banyak Wilayah
Dampak tidak langsung dari Bibit Siklon Tropis 93S terutama dirasakan di beberapa provinsi, seperti Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Hujan dengan intensitas lebat dan angin kencang diharapkan menjadi perhatian khusus karena bisa menyebabkan bencana, seperti banjir dan tanah longsor.
Selain itu, gelombang tinggi di perairan tertentu, seperti Perairan barat Lampung hingga Samudra Hindia bagian selatan, juga menjadi parah. Tingginya gelombang ini, yang diperkirakan berada pada kisaran 1,25 hingga 2,5 meter, harus diwaspadai oleh nelayan dan pengguna perairan untuk menghindari kecelakaan.
Situasi ini tidak hanya berdampak pada aktivitas sehari-hari masyarakat tetapi juga pada perekonomian lokal yang bergantung pada sektor kelautan dan perikanan. Dengan adanya peringatan dari BMKG, diharapkan masyarakat dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Pakar Klimatologi Memperingatkan tentang Badai Bersejarah
Pakar klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menyampaikan beberapa prediksi terkait Bibit Siklon Tropis 93S. Ia menilai bibit siklon ini memiliki potensi untuk menjadi badai besar yang bisa meluluhlantakkan area luas jika tidak diwaspadai.
Menurut prediksinya, risiko terbesar akibat siklon ini dapat terjadi pada periode tertentu di awal Januari 2026, yang bertepatan dengan musim liburan. Keberadaan siklon hingga Januari berpotensi mengganggu mobilitas masyarakat yang ingin merayakan Natal dan Tahun Baru.
Erma menambahkan pentingnya sistem pendukung keputusan dari KAMAJAYA-BRIN yang dirancang untuk mitigasi cuaca ekstrem. Dengan memanfaatkan hasil prediksi resolusi tinggi, kita dapat lebih siap menghadapi kemungkinan serius yang akan datang.















