Donor darah adalah salah satu aksi kemanusiaan yang sangat berarti, terutama dalam situasi darurat di mana banyak nyawa bergantung pada transfusi darah. Selain menyelamatkan orang lain, donor darah juga memberikan sejumlah manfaat kesehatan bagi pendonor, termasuk perbaikan sirkulasi darah dan pengurangan risiko penyakit tertentu.
Namun, tidak semua orang dapat berpartisipasi dalam kegiatan mulia ini. Beberapa syarat dan kondisi kesehatan harus dipenuhi untuk memastikan keselamatan kedua belah pihak, baik pendonor maupun penerima darah.
Palang Merah Indonesia telah menetapkan sejumlah kriteria kesehatan yang penting untuk diikuti oleh calon pendonor. Memahami batasan ini sangat penting agar proses donor darah berjalan lancar dan efektif.
Berbagai Kriteria Kesehatan Untuk Pendonor Darah
Kriteria kesehatan ini mencakup beberapa aspek penting yang menentukan kelayakan seseorang untuk mendonor. Misalnya, calon pendonor harus dalam keadaan sehat baik secara fisik maupun mental. Hal ini penting untuk memastikan bahwa tidak ada risiko bagi pendonor atau penerima darah.
Selain itu, ada batasan usia yang ditetapkan. Sebagian besar organisasi kesehatan merekomendasikan bahwa pendonor harus berusia antara 17 hingga 60 tahun, meskipun pendonor yang sudah berpengalaman dapat diperpanjang hingga usia 65 tahun. Ini memberi peluang bagi mereka yang telah rutin berdonor untuk tetap melanjutkan kebiasaan ini.
Aspek berat badan juga menjadi pertimbangan. Calon pendonor dituntut memiliki berat badan minimal 45 kg untuk memastikan bahwa volume darah yang dapat diambil tidak membahayakan kesehatan.
Siapa Saja yang Tidak Boleh Donor Darah?
Terlepas dari kriteria tersebut, ada beberapa kelompok orang yang tidak diizinkan untuk mendonor darah. Misalnya, mereka yang sedang mengalami pilek, flu, atau demam dianjurkan untuk menunda donor setidaknya selama satu minggu setelah gejala hilang. Meskipun virus flu tidak berpengaruh langsung pada darah, peraturan ini membantu mencegah penyebaran infeksi.
Selain itu, orang yang kekurangan zat besi tidak memenuhi syarat untuk mendonor. Kadar hemoglobin yang harus dipenuhi oleh wanita setidaknya adalah 12,5 g/dL dan untuk pria adalah 13 g/dL. Untuk meningkatkan kadar zat besi, sangat disarankan untuk mengonsumsi makanan kaya zat besi seperti daging dan sayuran hijau.
Orang yang mengonsumsi obat-obatan tertentu juga mungkin tidak bisa mendonor. Sebagai contoh, mereka yang baru menggunakan aspirin harus menunggu minimal tiga hari sebelum mendonorkan darah. Penggunaan obat pengencer darah juga menyebabkan penundaan yang sama karena dapat mempengaruhi proses pembekuan darah.
Berbagai Penyakit yang Menghambat Donor Darah
Beberapa penyakit dianggap sebagai kontraindikasi untuk donor darah. Penyakit darah seperti hemofilia dan kelainan lain yang berhubungan dengan kualitas darah harus sangat diwaspadai. Tindakan donor dalam kondisi ini bisa membahayakan kesehatan baik pendonor maupun penerima.
Orang dengan hipertensi atau tekanan darah yang tidak terkontrol juga tidak disarankan untuk mendonor. Tekanan darah sistolik yang melebihi 180 atau diastolik di atas 100 harus diperhatikan dengan serius.
Ibu hamil dan menyusui juga termasuk dalam kategori ini. Kondisi fisik mereka memerlukan banyak nutrisi, sehingga mendonorkan darah dapat mengakibatkan risiko kesehatan bagi mereka dan bayi. Biasanya, mereka disarankan untuk menunggu setidaknya enam minggu setelah melahirkan sebelum dapat mendonorkan darah kembali.
Kesadaran dan Kepatuhan Pada Aturan Donor Darah
Mengetahui siapa saja yang tidak diperbolehkan untuk mendonor darah adalah langkah penting untuk memastikan keselamatan di dalam proses transfusi darah. Pihak yang terlibat, baik pendonor maupun penerima darah, harus memahami pentingnya mengikuti aturan ini. Keselamatan adalah prioritas utama dalam donor darah.
Jika Anda merasa tidak dalam kondisi yang baik untuk mendonorkan darah, penting untuk tidak memaksakan diri. Saran dari para tenaga medis harus selalu diutamakan demi kesehatan bersama.
Akhir kata, donor darah tidak hanya bermanfaat bagi orang lain tetapi juga bagi kesehatan pendonor itu sendiri. Dengan memahami kriteria dan batasan yang ada, kita dapat berkontribusi pada kesehatan masyarakat dengan cara yang lebih aman dan berkesinambungan.