Kementerian Kesehatan Republik Indonesia baru-baru ini mengungkapkan keprihatinannya terkait jumlah anak yang belum menerima imunisasi. Hingga tahun ini, tercatat sekitar 836.789 anak di Indonesia masih tercatat sebagai zero-dose imunisasi, sebuah kondisi yang menuntut perhatian serius dari semua pihak.
Meskipun angka tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 973.378 kasus, realitas ini tetap menunjukkan tantangan besar untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam program imunisasi. Keberadaan imunisasi rutin sangat penting dalam mencegah beragam penyakit menular dan menghindari potensi wabah.
Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan, Prima Yosephine, menyampaikan bahwa Indonesia kini menduduki peringkat keenam di dunia untuk jumlah anak yang belum mendapat imunisasi. Penting untuk segera mengatasi situasi ini agar tidak merugikan kesehatan masyarakat di masa mendatang.
Keadaan Imunisasi Anak di Indonesia saat Ini
Sepanjang tahun 2025 hingga pekan ke-36, Indonesia telah mengalami ratusan kejadian luar biasa (KLB) di berbagai wilayah. Rincian KLB menunjukkan adanya 66 kasus campak di 52 kabupaten/kota, serta 198 kasus pertusis di 133 kabupaten/kota yang harus diwaspadai.
Tidak hanya itu, 57 KLB difteri juga dilaporkan terjadi di 50 kabupaten/kota. Mengingat dampak serius dari penyakit yang bisa dicegah dengan vaksinasi, kelengkapan imunisasi menjadi sangat krusial untuk dihentikan.
Prima mengingatkan bahwa jika seorang anak sudah terinfeksi penyakit yang bisa dicegah, penanganannya menjadi lebih rumit dan bisa meningkatkan risiko penyebaran virus ke anak-anak lain. Peningkatan kesadaran imunisasi sangat penting untuk membentuk kekebalan kelompok di masyarakat.
Penyebab Tingginya Angka Zero-Dose di Masyarakat
Salah satu penyebab tingginya angka zero-dose adalah keraguan masyarakat terhadap imunisasi. Meski berbagai program edukasi terus dilaksanakan, masih banyak orang tua yang merasa cemas dan terpengaruh informasi keliru seputar vaksinasi.
Berdasarkan survei terbaru, sekitar 12 persen orang tua khawatir tentang efek samping obat imunisasi. Berbagai faktor lain, seperti rasa takut anak disuntik, jadwal imunisasi yang tidak sesuai, hingga akses transportasi yang sulit, juga turut memengaruhi.
Ketakutan akan dampak imunisasi ini menandakan adanya kecenderungan masyarakat yang dikenal sebagai vaccine hesitancy. Terlebih lagi, ada kontradiksi informasi di media yang membuat masyarakat bingung.
Strategi untuk Mengatasi Keraguan Masyarakat Terhadap Imunisasi
Prima Yosephine menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait untuk merubah keraguan terhadap imunisasi menjadi keyakinan yang positif. Edukasi yang jelas dan berbasis fakta harus disebarluaskan untuk meredakan ketakutan orang tua.
Selain itu, penting bagi semua pihak untuk menyediakan akses yang lebih baik terhadap layanan imunisasi di seluruh wilayah. Program vaksinasi harus disusun agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mempertimbangkan kemudahan akses bagi orang tua.
Dengan demikian, diharapkan jumlah anak zero-dose dapat berkurang secara signifikan, dan kesehatan anak-anak di Indonesia dapat ditingkatkan. Imunisasi bukan hanya tanggung jawab individu, melainkan juga merupakan usaha kolektif untuk melindungi seluruh masyarakat.
Statistik Terkini Mengenai Imunisasi di Berbagai Wilayah Indonesia
Kemenkes mencatat lima provinsi dengan angka zero-dose tertinggi tahun ini. Provinsi Jawa Tengah mencatatkan angka 158.941 kasus, diikuti oleh Jawa Timur dengan 79.973 kasus.
Sumatera Utara menempati posisi ketiga dengan 66.886 kasus, sementara Jawa Barat dan Lampung masing-masing memiliki 55.936 dan 41.169 kasus. Setiap provinsi harus memfokuskan upayanya untuk menarik perhatian terhadap program vaksinasi.
Pemerintah juga berupaya untuk memperbaiki distribusi informasi dan vaksin agar semua anak dapat memperoleh imunisasi yang mereka butuhkan. Kesadaran bersama dan aksi nyata adalah kunci dalam menanggulangi masalah ini.