Kasus paparan radioaktif baru-baru ini di Kawasan Industri Modern Cikande, Banten, telah menggugah perhatian publik. Dalam konferensi pers yang digelar pada 30 September 2025, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengumumkan terdapat sembilan orang yang terpapar radiasi dari sumber yang tidak diketahui.
Pemeriksaan telah dilakukan terhadap 1.562 pekerja dan masyarakat di sekitar kawasan tersebut. Beruntung, dampak serius belum terjadi, meskipun kesembilan orang itu sudah mendapatkan penanganan medis dari Kementerian Kesehatan, termasuk obat-obatan yang diimpor dari Singapura.
Meski kasus ini tergolong baru, Indonesia memiliki sejarah panjang terkait dampak radiasi. Salah satu insiden paling tragis terjadi pada masa Perang Dunia Kedua, ketika bom atom dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, yang mengakibatkan banyak korban, termasuk di dalamnya mahasiswa Indonesia yang tengah bersekolah di Jepang.
Ketiga mahasiswa tersebut, yaitu Syarif Adil Sagala, Arifin Bey, dan Hassan Rahaya, sedang menjalani program beasiswa di Universitas Waseda, Tokyo, yang didukung oleh pemerintah Jepang. Beasiswa ini bertujuan untuk menarik minat pemuda Indonesia agar mendapatkan pendidikan di Jepang dan mengembalikan pengetahuan ke tanah air.
Sejarah Radiasi dan Dampaknya pada Warga Indonesia
Insiden radiasi yang dialami mahasiswa ini menunjukkan betapa dampak Nuklir dapat mengubah kehidupan seseorang secara drastis. Ketiganya mengalami peristiwa yang sangat traumatis saat serangan bom atom oleh Amerika Serikat menghancurkan Hiroshima.
Pada saat kejadian, mereka berada di dalam kelas masing-masing dan merasakan ledakan yang begitu mengerikan. Dalam memoar yang ditulis oleh Syarif Sagala, dia menggambarkan suara mengerikan dan cahaya berkilau yang muncul begitu tiba-tiba, mengguncang seluruh ruangan.
Setelah ledakan, sekitar 120 ribu orang dilaporkan tewas seketika. Mahasiswa Indonesia tersebut termasuk yang berhasil selamat, tetapi dalam keadaan yang sangat memprihatinkan dan dengan luka fisik yang parah, sehingga mereka harus dievakuasi ke Tokyo untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Di Tokyo, meskipun mereka mendapatkan luka-luka yang diobati, kondisi kesehatan mereka kian memburuk karena terpapar radiasi dalam jumlah tinggi. Pemeriksaan menunjukkan bahwa sel darah putih mereka turun drastis, yang sangat membahayakan kehidupan mereka saat itu.
Penyelamatan dan Harapan di Tengah Krisis
Situasi menjadi semakin kritis ketika beberapa dokter mulai merasa putus asa dan meminta ketiga mahasiswa tersebut untuk menandatangani surat pernyataan. Surat tersebut menyatakan bahwa mereka tidak akan menuntut apapun jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pernyataan tersebut menjadi momen refleksi bagi mereka, dan dalam situasi tanpa harapan, mereka tetap berdoa dan berharap untuk bertahan. Setelah seminggu dalam kondisi kritis, keajaiban pun terjadi, dan ketiga mahasiswa itu mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Setelah melalui masa-masa sulit tersebut, mereka berhasil melewati periode kritis dan menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Lima tahun selepas kejadian, mereka terus dipantau oleh tim medis Jepang yang membantu mereka pulih.
Akhirnya, setelah semua perawatan yang mereka jalani, ketiga mahasiswa tersebut diizinkan untuk kembali ke Indonesia. Mereka kembali dengan cerita luar biasa dan pengalaman hidup yang tak terlupakan.
Perjalanan Hidup Setelah Kejadian Mengerikan
Kembali ke Indonesia, masing-masing dari mereka mengambil jalur kehidupan yang berbeda. Syarif Sagala dan Hassan Rahaya memutuskan untuk memulai bisnis, berfokus pada upaya membangun ekonomi masyarakat.
Di sisi lain, Arifin Bey memilih jalur diplomasi dan karier di bidang pemerintahan. Melalui perjalanan yang penuh tantangan, mereka berusaha untuk menerapkan pengalaman yang didapat di Jepang untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Pengalaman mereka menjadi pelajaran berharga tentang ketahanan dan harapan. Kisah mereka tidak hanya mencerminkan bahaya radiasi, tetapi juga kekuatan manusia untuk bertahan dalam menghadapi krisis yang paling sulit.
Memahami sejarah ini menjadi penting untuk mendorong generasi mendatang agar tetap waspada dan siap menghadapi potensi bahaya di masa depan. Sejarah memiliki cara untuk mengajarkan kita pelajaran hidup yang sangat berharga.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa kita tidak boleh melupakan konsekuensi dari peperangan dan teknologi yang berbahaya, serta pentingnya menjaga keselamatan manusia di atas segalanya.
















