Pada suatu hari yang seharusnya biasa, hujan turun mengguyur lapangan SDN Pejagan IV di Madura. Tapi bagi Nuryasin, seorang guru sekaligus kepala sekolah, hujan itu membawa berkat tak terduga yang mengubah kehidupannya selamanya.
Ketika melihat lapangan yang becek, Nuryasin merasa cemas lantaran kotoran yang menjelang masuk ke dalam ruang kelas. Dalam upaya untuk menjaga kebersihan, dia memutuskan untuk menggali tanah dengan cangkul, berharap bisa menutup area yang becek dengan tanah kering dari tempat lain.
“Saya menggali tanah di halaman, untuk menimbun bagian lainnya yang becek bekas hujan,” ungkapnya dengan semangat. Dia merasa bahwa jika tidak segera ditangani, becek tersebut akan mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah.
Pekerjaan penggalian itu berlangsung lebih baik dari yang diharapkannya. Nuryasin dengan cepat menutupi satu per satu titik yang becek. Namun, saat ia menggali lebih dalam sekitar 25-30 cm, sesuatu yang tak terduga muncul dari dalam tanah.
Dia terperanjat melihat gerabah kuno yang muncul di lubang galian. Dengan penuh rasa ingin tahu, Nuryasin mengeluarkan gerabah tersebut dan menemukan isi yang sangat mengejutkan: koin-koin kuno peninggalan masa VOC yang bernilai tinggi.
“Uang yang ditemukan bertuliskan VOC dan lambang Kerajaan Belanda, dengan tahun pemakaian antara tahun 1746 sampai dengan 1760,” jelas Nuryasin. Ia bahkan menemukan jenis koin kedua yang bertuliskan Indiae Batav 1819 s/d 1828.
Kabar mengenai penemuan harta karun ini segera menggemparkan seluruh Indonesia. Otoritas terkait pun segera bergegas untuk menyelidiki penemuan ini lebih lanjut.
Singkat cerita, temuan Nuryasin dikonfirmasi sebagai peninggalan sejarah yang sangat berharga. Total berat koin-koin tersebut mencapai 13 kg, setara dengan nilai miliaran rupiah.
Begitu kabar ini menyebar, banyak orang beranggapan bahwa Nuryasin akan segera menjadi miliarder. Namun, ia mengambil langkah yang mengejutkan dengan menolak untuk menjadikan penemuan tersebut sebagai sumber kekayaannya.
“Saya akan menyerahkan uang temuan ini kepada museum, atas dasar petunjuk Depdikbud,” tegasnya dengan rendah hati. Meski banyak dorongan untuk menjual harta tersebut, Nuryasin tetap pada prinsipnya.
Foto: Koin emas menggambarkan rupa Kaisar Bizantium Heraclius.
|
Akhirnya, meskipun Nuryasin tidak menjadi miliarder, namanya tercatat dalam sejarah sebagai penemu harta karun yang penuh misteri. Temuan tersebut juga membawa pelajaran berharga tentang bagaimana masyarakat bertransaksi di era VOC ratusan tahun yang lalu.
Sejarah Transaksi Keuangan di Masa VOC dan Pengaruhnya
Dalam konteks sejarah, sebelum kedatangan VOC, masyarakat di Indonesia sudah mengenal mata uang untuk transaksi. Erwin Kusuma dalam bukunya menjelaskan bahwa masyarakat Jawa kuno sudah bertransaksi menggunakan koin emas untuk perdagangan.
Koin emas ini biasanya digunakan dalam transaksi besar, seperti pembelian tanah atau barang berharga lainnya. Ketika VOC datang ke Nusantara, praktik ini terus berlanjut, namun dengan adanya penyeragaman mata uang.
VOC berusaha menggantikan mata uang asing yang beredar di Nusantara dengan berbagai jenis koin baru. Mereka mengedarkan mata uang seperti rijksdaalder, dukat, stuiver, dan gulden untuk mendukung transaksi perdagangan.
Salah satu koin yang paling menarik perhatian adalah doit, koin yang terbuat dari tembaga dan nikel. Konsep uang ini bahkan telah menginspirasi penyebutan ‘duit’ dalam bahasa Indonesia yang hingga kini digunakan sebagai istilah untuk uang.
Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan koin menjadi semakin meluas di kalangan masyarakat. Namun, dominasi VOC mulai berkurang dan berakhir pada tahun 1799, ketika kongsi dagang itu runtuh.
Penemuan Bersejarah dan Nilai Arkeologisnya
Penemuan Nuryasin bukan sekadar temuan harta karun, tetapi juga menyimpan nilai arkeologis yang tinggi. Koin-koin yang ditemukan menggambarkan berkembangnya sistem ekonomi di masa lalu dan interaksi antar berbagai budaya.
Melalui penemuan ini, sejarawan dan arkeolog kini memiliki sumber baru untuk meneliti bagaimana masyarakat abad 18 dan 19 melakukan transaksi dan beroperasi secara ekonomi. Hal ini membantu kita memahami dinamika sosial dan ekonomi pada waktu itu.
Lebih jauh, penggalian ini dapat memberikan petunjuk tentang kebiasaan, nilai, serta norma yang berlaku di masa itu. Harta karun seperti ini sering kali menjadi saksi bisu sejarah yang tak ternilai.
Selain dari segi sejarah, penemuan ini juga menyiratkan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya. Dengan menyerahkan temuan tersebut kepada museum, Nuryasin berkontribusi untuk kelestarian pengetahuan dan sejarah.
Dengan langkah ini, masyarakat diharapkan dapat lebih menghargai nilai sejarah yang dekat dengan mereka. Hal ini juga membuka peluang bagi generasi mendatang untuk belajar dari sejarah yang ada.
Pelajaran Moral dari Penemuan Harta Karun
Di balik cerita Nuryasin, terdapat pelajaran moral yang patut kita renungkan. Sikap rendah hati dan komitmen untuk melestarikan warisan budaya lebih penting daripada sekadar mengejar kekayaan materi.
Nuryasin menunjukkan kepada kita bahwa kekayaan sejati bukanlah ukuran berdasarkan uang, tetapi lebih kepada nilai-nilai yang kita pegang dan wariskan kepada generasi masa depan. Langkahnya ini adalah teladan dalam komitmen terhadap pendidikan dan sejarah.
Kita perlu menghargai setiap temuan yang mengandung nilai sejarah. Dengan menjaga dan mempelajari warisan tersebut, kita menambah wawasan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat dan negara.
Penemuan Nuryasin adalah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menghargai masa lalu kita. Semoga cerita ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menjaga dan melestarikan budaya dan sejarah bangsa.
Dengan cara ini, kita tidak hanya mengingat masa lalu, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik melalui pemahaman yang lebih dalam tentang identitas kita.