Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, memberikan penjelasan terkait temuan beras yang bau dan apek yang baru-baru ini diungkap oleh Ombudsman RI. Ia menegaskan bahwa beras yang tersimpan di gudang Bulog dalam kondisi baik dan aman untuk dikonsumsi masyarakat.
Rizal menyatakan bahwa meskipun ada beras yang berusia lebih dari setahun, semua stok tersebut tetap memenuhi syarat untuk konsumsi. Hal ini menunjukkan pentingnya pengawasan dan manajemen yang baik dalam pengelolaan stok pangan.
Dalam kesempatan yang sama, Rizal juga menggambarkan prosedur yang diikuti Bulog dalam menyimpan dan mendistribusikan beras. Ia menjelaskan bahwa sistem manajemen pergudangan yang diterapkan adalah metode first in, first out (FIFO) untuk memastikan stok lama dikeluarkan terlebih dahulu.
Penjelasan Mendalam tentang Proses Manajemen Stok Beras di Bulog
Menurut Rizal, prosedur yang dilakukan sebelum mendistribusikan beras termasuk pemeriksaan ketat, pembersihan, dan fumigasi. Langkah-langkah ini diperlukan untuk memastikan tidak ada kuman, hama, atau kutu yang dapat membahayakan kualitas beras.
Rizal menekankan, jika ditemukan beras yang rusak, pihaknya segera memisahkan dan melaporkannya kepada Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk langkah selanjutnya. Hal ini menunjukkan komitmen Bulog terhadap keamanan pangan.
Ia juga menjelaskan bahwa sebagian besar stok lama masih layak konsumsi dan telah disalurkan ke daerah-daerah yang mengalami kelangkaan beras, contohnya di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau. Masyarakat di daerah terdampak sangat mengandalkan bantuan pangan ini.
Akar Masalah Aroma Apek pada Beras
Menurut Rizal, masalah aroma apek yang ditemukan kemungkinan muncul di titik distribusi, bukan di gudang Bulog. Hal ini disebabkan oleh cara penyimpanan beras yang tidak tepat di beberapa ritel.
Rizal menjelaskan bahwa beras di gudang Bulog disimpan sedemikian rupa agar tidak menyentuh lantai dan menggunakan palet. Ketika beras disimpan di tempat lain yang tidak mengikuti prosedur ini, risiko kerusakan dapat meningkat.
Ia mencatat bahwa kondisi apek bisa saja disebabkan oleh beras yang ditempatkan di ritel tanpa pelindung, terpapar suhu dingin dari pendingin ruangan atau lantai. Ini menunjukkan betapa pentingnya pemeliharaan beras setelah meninggalkan gudang Bulog hingga sampai ke tangan konsumen.
Stok Cadangan Beras Pemerintah dan Tantangannya
Dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Rizal mengungkapkan bahwa stok cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini mencapai 3,91 juta ton. Dari jumlah tersebut, satu juta ton lebih beras berusia lebih dari enam bulan.
Lebih lanjut, ia menginformasikan bahwa ada sekitar 194.100 ton beras yang telah tersimpan lebih dari setahun. Hal ini menjadi perhatian khusus, mengingat beras yang telah lama disimpan harus dikeluarkan agar perputaran stok bisa berjalan dengan baik.
Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, juga mengingatkan pentingnya untuk segera mengeluarkan beras berusia lebih dari setahun. Ini penting untuk menjaga ketersediaan beras yang baik dan segar untuk masyarakat.
Selain itu, anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, mengungkap keberadaan stok beras sisa impor yang masih tersimpan dengan kondisi yang tidak ideal. Meski bau apek, beras tersebut tidak sepenuhnya dianggap tidak layak konsumsi.
Pihaknya menekankan bahwa meskipun beras apek masih dapat diolah kembali, larangan dari Badan Pangan Nasional membuat penyerapan stok Bulog terhambat. Hal ini mengakibatkan penumpukan dan keterbatasan pasokan di pasar.