Pada Minggu, 17 Agustus, sebuah gempa bumi bermagnitudo 6,0 mengguncang Poso, Sulawesi Tengah, sekitar pukul 5.38 WIB. Direktur Gempabumi dan Tsunami dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gempa ini sempat memicu tsunami kecil dengan ketinggian sekitar 4 cm, meskipun belum cukup signifikan untuk dilaporkan secara resmi.
Daryono, Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, menjelaskan bahwa tsunami dapat dianggap signifikan jika tinggi gelombang mencapai 25 cm. Meskipun demikian, hasil pengukuran menunjukkan tsunami minor berukuran 4,8 cm sempat terjadi, namun tidak dianggap berbahaya.
Logika di balik pengukuran ini sangat penting, terutama dalam konteks mitigasi bencana. Pantauan yang dilakukan menunjukkan bahwa gempa di Poso ini memiliki sejarah yang panjang, dengan beberapa kejadian serupa yang pernah terjadi sebelumnya.
Pemicu dan Dampak Gempa di Poso, Sulawesi Tengah
Menurut penjelasan dari Daryono, gempa pagi ini dipicu oleh aktivitas sesar naik Tokoharu. Selain itu, setelah gempa utama, terdapat sekitar 25 setelah gempa kecil yang terjadi dalam rentang waktu yang sama.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyatakan bahwa setidaknya 29 orang mengalami luka-luka akibat reruntuhan bangunan, terutama rumah ibadah. Kondisi ini menambah kesedihan bagi masyarakat yang sedang beribadah ketika bencana terjadi.
Kerusakan juga terjadi pada satu unit fasilitas ibadah, yaitu Gereja Jemaat Elim di Desa Masani. Proses pendataan jumlah pengungsi akibat bencana ini masih berlangsung dan membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak terkait.
Sejarah Gempa di Poso dan Lingkungan Sekitarnya
Berdasarkan catatan sejarah, Poso pernah mengalami gempa merusak sebelumnya pada 29 Mei 2017 yang berukuran 6,6-6,8. Pada waktu itu, tidak sedikit korban berjatuhan, dengan 5 orang mengalami luka berat dan lebih dari 170 orang mengungsi.
Pada situasi lain di bulan Juli 2025, 4 orang juga mengalami luka ringan dengan jumlah pengungsi mencapai lebih dari 2.000. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Poso telah beradaptasi dengan berbagai bencana yang terjadi, meskipun dampaknya selalu mengkhawatirkan.
Untuk memahami lebih jauh, peta seismisitas di kawasan Sulawesi Utara menunjukkan bahwa Poso adalah daerah yang aktif mengalami gempa. Begitu banyak aktivitas seismik yang terjadi telah membuat penduduk setempat menjadi lebih waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana serupa di masa depan.
Tindakan Mitigasi dan Persiapan untuk Masa Depan
Penting bagi masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesadaran akan risiko gempa dan tsunami. Pendidikan dan pelatihan mitigasi bencana perlu digalakkan agar warga lebih siap menghadapi situasi darurat.
Upaya untuk memperkuat bangunan agar lebih tahan gempa juga harus dilakukan, terutama di wilayah yang dikenal sebagai kawasan rawan bencana. Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana di masa mendatang.
Selain itu, pemerintah harus terus melanjutkan pemantauan dan penelitian terkait aktivitas seismik. Dukungan alat dan teknologi modern juga sangat berdampak pada efektivitas sistem peringatan dini yang dapat menyelamatkan nyawa warga.